TATA SURYA
Tata Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas sebuah
bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya
gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah
diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit
alami yang telah diidentifikasi[b], dan jutaan benda langit (meteor, asteroid,
komet) lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi
Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar,
dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort
diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu kali di
luar bagian yang terluar.
Berdasarkan jaraknya dari
Matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus
(108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km),
Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km).
Sejak pertengahan 2008, ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai
planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari
Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk
asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kelima), Pluto (5.906 juta
km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta
km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).
Enam dari kedelapan planet dan
tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami.
Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri
dari debu dan partikel lain.
Asal usul
Banyak
hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, beberapa di
antaranya adalah:
Ø Hipotesis Nebula
Hipotesis
nebula pertama kali dikemukakan oleh Emanuel Swedenborg (1688-1772) tahun 1734
dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis
serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace, secara independen pada
tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula
Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut
raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan
unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya
menyebabkan kabut itu menyusut dan berputar dengan arah tertentu, suhu kabut
memanas, dan akhirnya menjadi bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa
terus menyusut dan berputar semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es
terlontar ke sekeliling Matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut
memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk planet dalam dan planet
luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari
planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.
Ø Hipotesis Planetisimal
Hipotesis
planetisimal pertama kali dikemukakan oleh Thomas C. Chamberlin dan Forest R.
Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya
kita terbentuk akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan
Matahari, pada masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan
terjadinya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal
Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi bintang
mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari Matahari.
Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di
orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka
sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek
tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk planet dan bulan,
sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan asteroid.
Ø Hipotesis Pasang Surut Bintang
kali
dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena
mendekatnya bintang lain kepada Matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan
menyebabkan tertariknya sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain
tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi
menjadi planet.Namun astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa
tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi. Demikian pula
astronom Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis
tersebut.
Ø Hipotesis Kondensasi
Hipotesis
kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper
(1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya
terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
Ø Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis
bintang kembar awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956.
Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua bintang yang
hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak meninggalkan
serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi bintang yang
tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
Ø Hipotesis Protoplanet
Teori ini
dikemukakan oleh Carl Van Weizsaecker, G.P. Kuipper dan Subrahmanyan
Chandarasekar. Menurut teori protoplanet, di sekitar matahari terdapat kabut
gas yang membentuk gumpalan-gumpalan yang secara evolusi berangsur-angsur
menjadi gumpalan padat. Gumpalan kabut gas tersebut dinamakan protoplanet.
Sejarah
Lima
planet terdekat ke Matahari selain Bumi (Merkurius, Venus, Mars, Yupiter dan
Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat
dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki nama sendiri untuk
masing-masing planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada
lima abad lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari
selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya
mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda
langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.
Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa
melihat berbagai perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus
Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Penalaran
Venus mengitari Matahari makin memperkuat teori heliosentris, yaitu bahwa
Matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang sebelumnya digagas oleh
Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan heliosentris adalah Matahari
dikelilingi oleh Merkurius hingga Saturnus.
Model heliosentris dalam manuskrip Copernicus. Teleskop
Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens
(1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali
jarak orbit Bumi-Yupiter.
Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan
perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain melalui
Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac
Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah
yang memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya
Pada 1781, William Herschel (1738-1822) menemukan Uranus.
Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang
mengganggu. Neptunus ditemukan pada Agustus 1846. Penemuan Neptunus ternyata
tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus. Pluto kemudian ditemukan pada
1930.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai
satu-satunya objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978,
Charon, satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira
sebagai planet yang sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh dengan
Pluto.
Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil
lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut objek trans-Neptunus), yang
juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa
yang dikenal sebagai Objek Sabuk Kuiper (Sabuk Kuiper adalah bagian dari
objek-objek trans-Neptunus). Belasan benda langit termasuk dalam Objek Sabuk
Kuiper di antaranya Quaoar (1.250 km pada Juni 2002), Huya (750 km
pada Maret 2000), Sedna (1.800 km pada Maret 2004), Orcus, Vesta, Pallas,
Hygiea, Varuna, dan 2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan 2003 EL61 cukup menghebohkan karena Objek Sabuk
Kuiper ini diketahui juga memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran
lebih kecil dari Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan UB 313 (2.700 km
pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya Xena. Selain lebih besar
dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.
STRUKTUR
Komponen utama sistem Tata Surya
adalah matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang mengandung 99,86
persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya. Yupiter
dan Saturnus, dua komponen terbesar yang mengedari Matahari, mencakup kira-kira
90 persen massa selebihnya.
Hampir semua objek-objek besar
yang mengorbit Matahari terletak pada bidang edaran bumi, yang umumnya dinamai
ekliptika. Semua planet terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet
dan objek-objek sabuk Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar
dibandingkan ekliptika.
Planet-planet dan objek-objek
Tata Surya juga mengorbit mengelilingi Matahari berlawanan dengan arah jarum
jam jika dilihat dari atas kutub utara Matahari, terkecuali Komet Halley.
Hukum Gerakan Planet Kepler
menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya sekeliling Matahari
bergerak mengikuti bentuk elips dengan Matahari sebagai salah satu titik fokusnya.
Objek yang berjarak lebih dekat dari Matahari (sumbu semi-mayor-nya lebih
kecil) memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada orbit elips, jarak antara
objek dengan Matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat antara objek
dengan Matahari dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh dari Matahari
dinamai aphelion. Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion
dan terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet bisa dibilang hampir
berbentuk lingkaran, sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk Kuiper
kebanyakan orbitnya berbentuk elips.
Untuk mempermudah representasi,
kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak antara orbit yang sama antara
satu dengan lainnya. Pada kenyataannya, dengan beberapa perkecualian, semakin
jauh letak sebuah planet atau sabuk dari Matahari, semakin besar jarak antara
objek itu dengan jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh, Venus terletak
sekitar sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) lebih dari Merkurius[d], sedangkan
Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus.
Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi jarak antar orbit ini
(hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.
Hampir semua planet-planet di
Tata Surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit
alami yang disebut satelit. Beberapa benda ini memiliki ukuran lebih besar dari
planet. Hampir semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit sinkron,
dengan satu sisi satelit berpaling ke arah planet induknya secara permanen.
Empat planet terbesar juga memliki cincin yang berisi partikel-partikel kecil
yang mengorbit secara serempak.
Terminologi
Secara informal, Tata Surya dapat
dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya bagian dalam mencakup empat planet
kebumian dan sabuk asteroid utama. Pada daerah yang lebih jauh, Tata Surya
bagian luar, terdapat empat gas planet raksasa. Sejak ditemukannya Sabuk
Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah berbeda tersendiri yang
meliputi semua objek melampaui Neptunus.
Secara dinamis dan fisik, objek
yang mengorbit matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan: planet,
planet kerdil, dan benda kecil Tata Surya. Planet adalah sebuah badan yang
mengedari Matahari dan mempunyai massa cukup besar untuk membentuk bulatan diri
dan telah membersihkan orbitnya dengan menginkorporasikan semua objek-objek
kecil di sekitarnya. Dengan definisi ini, Tata Surya memiliki delapan planet:
Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, dan Neptunus. Pluto telah
dilepaskan status planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari
objek-objek Sabuk Kuiper.
Planet kerdil adalah benda
angkasa bukan satelit yang mengelilingi Matahari, mempunyai massa yang cukup
untuk bisa membentuk bulatan diri tetapi belum dapat membersihkan daerah
sekitarnya. Menurut definisi ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil:
Ceres, Pluto, Haumea, Makemake, dan Eris. Objek lain yang mungkin akan
diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah: Sedna, Orcus, dan Quaoar. Planet
kerdil yang memiliki orbit di daerah trans-Neptunus biasanya disebut
"plutoid". Sisa objek-objek lain berikutnya yang mengitari Matahari adalah
benda kecil Tata Surya.
Ilmuwan ahli planet menggunakan
istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam
Tata Surya. Batu digunakan untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih
besar dari 500 K), sebagai contoh silikat. Bahan batuan ini sangat umum
terdapat di Tata Surya bagian dalam, merupakan komponen pembentuk utama hampir
semua planet kebumian dan asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur
rendah seperti atom hidrogen, helium, dan gas mulia, bahan-bahan ini
mendominasi wilayah tengah Tata Surya, yang didominasi oleh Yupiter dan Saturnus.
Sedangkan es, seperti air, metana, amonia dan karbon dioksida, memiliki titik
lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini merupakan komponen utama dari
sebagian besar satelit planet raksasa. Ia juga merupakan komponen utama Uranus
dan Neptunus (yang sering disebut "es raksasa"), serta berbagai benda
kecil yang terletak di dekat orbit Neptunus.
Istilah volatiles mencakup semua
bahan bertitik didih rendah (kurang dari ratusan kelvin), yang termasuk gas dan
es; tergantung pada suhunya, 'volatiles' dapat ditemukan sebagai es, cairan,
atau gas di berbagai bagian Tata Surya.
Zona planet
Zona Tata Surya yang meliputi,
planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan sabuk Kuiper.
(Gambar tidak sesuai skala)
Di zona planet dalam, Matahari
adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling dekat dengan planet Merkurius
(jarak dari Matahari 57,9 × 106 km, atau 0,39 SA), Venus
(108,2 × 106 km, 0,72 SA), Bumi
(149,6 × 106 km, 1 SA) dan Mars
(227,9 × 106 km, 1,52 SA). Ukuran diameternya antara
4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis antara 3,95 g/cm3 dan
5,52 g/cm3.
Antara Mars dan Yupiter terdapat
daerah yang disebut sabuk asteroid, kumpulan batuan metal dan mineral.
Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer (lihat:
Daftar asteroid), dan beberapa memiliki diameter 100 km atau lebih. Ceres,
bagian dari kumpulan asteroid ini, berukuran sekitar 960 km dan
dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit asteroid-asteroid ini sangat
eliptis, bahkan beberapa menyimpangi Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron).
Pada zona planet luar, terdapat
planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km, 5,2 SA), Uranus
(2,875 × 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus
(4,504 × 109 km, 30,1 SA) dengan massa jenis antara
0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.
Jarak rata-rata antara
planet-planet dengan Matahari bisa diperkirakan dengan menggunakan baris
matematis Titus-Bode. Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini
kemungkinan merupakan efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya.
Anehnya, planet Neptunus tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang
membuat para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan
kosmis.
Matahari
Matahari adalah bintang induk
Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata Surya ini. Bintang ini
berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti
yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan
menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini dipancarkan ke
luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik, termasuk spektrum optik.
Matahari dikategorikan ke dalam
bintang kerdil kuning (tipe G V) yang berukuran tengahan, tetapi nama ini bisa
menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada
di dalam galaksi Bima Sakti, Matahari termasuk cukup besar dan cemerlang.
Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah
grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap
suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang lebih panas akan lebih cemerlang.
Bintang-bintang yang mengikuti pola ini dikatakan terletak pada deret utama,
dan Matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi, bintang-bintang
yang lebih cemerlang dan lebih panas dari Matahari adalah langka, sedangkan
bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah umum.
Dipercayai bahwa posisi Matahari
pada deret utama secara umum merupakan "puncak hidup" dari sebuah
bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Saat
ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya
adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.
Matahari secara metalisitas
dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini
terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung
lebih banyak unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium
("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan dengan bintang
"populasi II". Unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan
helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak. Bintang-bintang
generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum alam semesta dapat
dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini.
Bintang-bintang tertua mengandung
sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan metal yang
lebih tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh
penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah
hasil penggumpalan metal.
Medium antarplanet
Lembar aliran heliosfer, karena
gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet. Di samping cahaya,
matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan
(plasma) yang dikenal sebagai angin surya. Semburan partikel ini menyebar
keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam, menciptakan
atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA
(lihat juga heliopause). Kesemuanya ini disebut medium antarplanet.
Badai geomagnetis pada permukaan
Matahari, seperti semburan Matahari (solar flares) dan lontaran massa korona
(coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca
ruang angkasa. Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar aliran heliosfer
(heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi
magnetis Matahari terhadap medium antarplanet. Medan magnet bumi mencegah
atmosfer bumi berinteraksi dengan angin surya. Venus dan Mars yang tidak
memiliki medan magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa. Interaksi
antara angin surya dan medan magnet bumi menyebabkan terjadinya aurora, yang
dapat dilihat dekat kutub magnetik bumi.
Heliosfer juga berperan
melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata Surya.
Medan magnet planet-planet menambah peran perlindungan selanjutnya. Densitas
sinar kosmik pada medium antarbintang dan kekuatan medan magnet Matahari
mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang, sehingga derajat
radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak
diketahui seberapa besar.
Medium antarplanet juga merupakan
tempat beradanya paling tidak dua daerah mirip piringan yang berisi debu
kosmis. Yang pertama, awan debu zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam dan
merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam
sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet. Daerah kedua membentang antara 10 SA sampai
sekitar 40 SA, dan mungkin disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di
dalam Sabuk Kuiper.
Tata Surya bagian dalam
Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup
planet kebumian dan asteroid. Terutama terbuat dari silikat dan logam, objek
dari Tata Surya bagian dalam melingkup dekat dengan matahari, radius dari
seluruh daerah ini lebih pendek dari jarak antara Yupiter dan Saturnus.
Ø
Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari
Matahari) adalah planet terdekat dari Matahari serta juga terkecil (0,055 massa
bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri geologisnya di samping
kawah meteorid yang diketahui adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan
terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya. Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan
terdiri dari atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena semburan angin
surya. Besarnya inti besi dan tipisnya
kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan. Menurut dugaan hipotesa
lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi tabrakan raksasa, dan
perkembangan ("akresi") penuhnya terhambat oleh energi awal Matahari.
Ø
Venus
Venus (0,7 SA dari Matahari) berukuran mirip bumi (0,815
massa bumi). Dan seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang
tebal dan berinti besi, atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi.
Akan tetapi planet ini lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali
lebih padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet
terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar
disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer. Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum
dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki medan magnet yang bisa
mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.
Ø
Bumi
Bumi (1 SA dari Matahari) adalah planet bagian dalam yang
terbesar dan terpadat, satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi
dan satu-satunya planet yang diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya
yang cair adalah khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan satu-satunya
planet yang diamati memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi sangat berbeda
dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh keberadaan mahluk
hidup yang menghasilkan 21% oksigen. Bumi memiliki satu satelit, bulan,
satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
Ø
Mars
Mars (1,5 SA dari Matahari) berukuran lebih kecil dari bumi
dan Venus (0,107 massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan
utamanya adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi
raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris,
menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan ini.
Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi. Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos
dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.
Ø
Sabuk asteroid
Sabuk asteroid utama dan asteroid Troya
Asteroid secara umum adalah objek Tata Surya yang terdiri
dari batuan dan mineral logam beku.
Sabuk asteroid utama terletak di
antara orbit Mars dan Yupiter, berjarak antara 2,3 dan 3,3 SA dari matahari,
diduga merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal
karena pengaruh gravitasi Yupiter.
Gradasi ukuran asteroid adalah
ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali Ceres yang
terbesar, diklasifikasikan sebagai benda kecil Tata Surya. Beberapa asteroid
seperti Vesta dan Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai planet kerdil jika
terbukti telah mencapai kesetimbangan hidrostatik.
Sabuk asteroid terdiri dari
beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu kilometer. Meskipun demikian, massa total dari sabuk
utama ini tidaklah lebih dari seperseribu massa bumi. Sabuk utama tidaklah
rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos daerah ini tanpa mengalami
kecelakaan. Asteroid yang berdiameter antara 10 dan 10−4 m disebut meteorid.
Ø
Ceres
Ceres (2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan
diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang dari
1000 km, cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal
membentuk bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada abad ke
19, tetapi di-reklasifikasi menjadi asteroid pada tahun 1850an setelah
observasi lebih lanjut menemukan beberapa asteroid lagi. Ceres direklasifikasi
lanjut pada tahun 2006 sebagai planet kerdil.
Ø
Kelompok asteroid
Asteroid pada sabuk utama dibagi
menjadi kelompok dan keluarga asteroid bedasarkan sifat-sifat orbitnya. satelit
asteroid adalah asteroid yang mengedari asteroid yang lebih besar. Mereka tidak
mudah dibedakan dari satelit-satelit planet, kadang kala hampir sebesar
pasangannya. Sabuk asteroid juga memiliki komet sabuk utama yang mungkin
merupakan sumber air bumi.[42]
Asteroid-asteroid Trojan terletak
di titik L4 atau L5 Yupiter (daerah gravitasi stabil yang berada di depan dan
belakang sebuah orbit planet), sebutan "trojan" sering digunakan
untuk objek-objek kecil pada Titik Langrange dari sebuah planet atau satelit.
Kelompok Asteroid Hilda terletak di orbit resonansi 2:3 dari Yupiter, yang
artinya kelompok ini mengedari Matahari tiga kali untuk setiak dua edaran
Yupiter.
Tata Surya bagian luar
Pada bagian luar dari Tata Surya
terdapat gas-gas raksasa dengan satelit-satelitnya yang berukuran planet.
Banyak komet berperioda pendek termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di
daerah ini. Badan-badan padat di daerah ini mengandung jumlah volatil (contoh:
air, amonia, metan, yang sering disebut "es" dalam peristilahan ilmu
keplanetan) yang lebih tinggi dibandingkan planet batuan di bagian dalam Tata
Surya.
Ø
Yupiter
Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5
kali massa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah
hidrogen dan helium. Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya
beberapa ciri semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan
Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat
yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan
planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas. Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di
Tata Surya, berukuran lebih besar dari Merkurius.
Ø
Saturnus
Saturnus (9,5 SA) yang dikenal
dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa kesamaan dengan Yupiter, sebagai
contoh komposisi atmosfernya. Meskipun Saturnus hanya sebesar 60% volume
Yupiter, planet ini hanya seberat kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali
massa bumi, membuat planet ini sebuah planet yang paling tidak padat di Tata
Surya. Saturnus memiliki 60 satelit yang diketahui sejauh ini (dan 3 yang belum
dipastikan) dua di antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas
geologis, meski hampir terdiri hanya dari es saja. Titan berukuran lebih besar
dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki
atmosfer yang cukup berarti.
Ø
Uranus
Uranus (19,6 SA) yang memiliki 14
kali massa bumi, adalah planet yang paling ringan di antara planet-planet luar.
Planet ini memiliki kelainan ciri orbit. Uranus mengedari Matahari dengan
bujkuran poros 90 derajat pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat
dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi
panas.[46] Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui, yang terbesar adalah
Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
Ø
Neptunus
Neptunus (30 SA) meskipun sedikit
lebih kecil dari Uranus, memiliki 17 kali massa bumi, sehingga membuatnya lebih
padat. Planet ini memancarkan panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter
atau Saturnus. Neptunus memiliki 13
satelit yang diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki
geyser nitrogen cair. Triton adalah
satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade). Neptunus
juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang disebut Trojan
Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan Neptunus.
Ø
Komet
Komet adalah badan Tata Surya
kecil, biasanya hanya berukuran beberapa kilometer, dan terbuat dari es
volatil. Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum
perihelion-nya terletak di planet-planet bagian dalam dan letak aphelion-nya
lebih jauh dari Pluto. Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam,
dekatnya jarak dari Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan
berionisasi, yang menghasilkan koma, ekor gas dan debu panjang, yang sering
dapat dilihat dengan mata telanjang.
Komet berperioda pendek memiliki
kelangsungan orbit kurang dari dua ratus tahun. Sedangkan komet berperioda
panjang memiliki orbit yang berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek
dipercaya berasal dari Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang,
seperti Hale-bopp, berasal dari Awan Oort. Banyak kelompok komet, seperti
Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal. Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking
berasal dari luar Tata Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti
sangatlah sulit. Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas
Matahari sering dikategorikan sebagai asteroid.
Ø
Centaur
Centaur adalah benda-benda es mirip komet yang poros
semi-majornya lebih besar dari Yupiter (5,5 SA) dan lebih kecil dari Neptunus
(30 SA). Centaur terbesar yang diketahui adalah, 10199 Chariklo, berdiameter
250 km. Centaur temuan pertama, 2060 Chiron, juga diklasifikasikan sebagai
komet (95P) karena memiliki koma sama seperti komet kalau mendekati Matahari. Beberapa
astronom mengklasifikasikan Centaurs sebagai objek sabuk Kuiper
sebaran-ke-dalam (inward-scattered Kuiper belt objects), seiring dengan sebaran
keluar yang bertempat di piringan tersebar (outward-scattered residents of the
scattered disc).
Ø
Sabuk Kuiper
Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin
raksasa mirip dengan sabuk asteroid, tetapi komposisi utamanya adalah es. Sabuk
ini terletak antara 30 dan 50 SA, dan terdiri dari benda kecil Tata Surya.
Meski demikian, beberapa objek Kuiper yang terbesar, seperti Quaoar, Varuna,
dan Orcus, mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Para ilmuwan
memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper yang berdiameter
lebih dari 50 km, tetapi diperkirakan massa total Sabuk Kuiper hanya
sepersepuluh massa bumi. Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda dan
kebanyakan memiliki orbit di luar bidang eliptika.
Sabuk Kuiper secara kasar bisa
dibagi menjadi "sabuk klasik" dan resonansi. Resonansi adalah orbit
yang terkait pada Neptunus (contoh: dua orbit untuk setiap tiga orbit Neptunus
atau satu untuk setiap dua). Resonansi yang pertama bermula pada Neptunus
sendiri. Sabuk klasik terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi dengan
Neptunus, dan terletak sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA. Anggota dari sabuk
klasik diklasifikasikan sebagai cubewanos, setelah anggota jenis pertamanya
ditemukan (15760).
Ø
Pluto dan Charon
Pluto (rata-rata 39 SA), sebuah planet
kerdil, adalah objek terbesar sejauh ini di Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada
tahun 1930, benda ini dianggap sebagai planet yang kesembilan, definisi ini
diganti pada tahun 2006 dengan diangkatnya definisi formal planet. Pluto
memiliki kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat dari bidang ekliptika)
dan berjarak 29,7 SA dari Matahari pada titik prihelion (sejarak orbit
Neptunus) sampai 49,5 SA pada titik aphelion.
Tidak jelas apakah Charon,
satelit Pluto yang terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai satelit atau
menjadi sebuah planet kerdil juga. Pluto dan Charon, keduanya mengedari titik
barycenter gravitasi di atas permukaannya, yang membuat Pluto-Charon sebuah
sistem ganda. Dua satelit yang jauh lebih kecil Nix dan Hydra juga mengedari Pluto
dan Charon. Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi dengan
Neptunus, yang berarti Pluto mengedari Matahari dua kali untuk setiap tiga
edaran Neptunus. Objek sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki resonansi yang sama
disebut plutino.
Ø
Haumea dan Makemake
Haumea (rata-rata 43,34 SA) dan
Makemake (rata-rata 45,79 SA) adalah dua objek terbesar sejauh ini di dalam
sabuk Kuiper klasik. Haumea adalah sebuah objek berbentuk telur dan memiliki
dua satelit. Makemake adalah objek paling cemerlang di sabuk Kuiper setelah
Pluto. Pada awalnya dinamai 2003 EL61 dan 2005 FY9, pada tahun 2008 diberi nama
dan status sebagai planet kerdil. Orbit keduanya berinklinasi jauh lebih membujur
dari Pluto (28° dan 29°) , dan lain seperti Pluto, keduanya tidak dipengaruhi
oleh Neptunus, sebagai bagian dari kelompok Objek Sabuk Kuiper klasik.
Ø
Eris dan satelitnya Dysnomia
Piringan tersebar (scattered
disc) berpotongan dengan sabuk Kuiper dan menyebar keluar jauh lebih luas.
Daerah ini diduga merupakan sumber komet berperioda pendek. Objek piringan
tersebar diduga terlempar ke orbit yang tidak menentu karena pengaruh gravitasi
dari gerakan migrasi awal Neptunus. Kebanyakan objek piringan tersebar
(scattered disc objects, atau SDO) memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper
dan apehelion hampir sejauh 150 SA dari Matahari. Orbit OPT juga memiliki
inklinasi tinggi pada bidang ekliptika dan sering hampir bersudut siku-siku.
Beberapa astronom menggolongkan piringan tersebar hanya sebagai bagian dari
sabuk Kuiper dan menjuluki piringan tersebar sebagai "objek sabuk Kuiper
tersebar" (scattered Kuiper belt objects).
Ø
Eris
Eris (rata-rata 68 SA) adalah
objek piringan tersebar terbesar sejauh ini dan menyebabkan mulainya debat
tentang definisi planet, karena Eris hanya 5%lebih besar dari Pluto dan
memiliki perkiraan diameter sekitar 2.400 km. Eris adalah planet kerdil terbesar
yang diketahui dan memiliki satu satelit, Dysnomia. Seperti Pluto, orbitnya
memiliki eksentrisitas tinggi, dengan titik perihelion 38,2 SA (mirip jarak
Pluto ke Matahari) dan titik aphelion 97,6 SA dengan bidang ekliptika sangat
membujur.
Daerah Terjauh
Titik tempat Tata Surya berakhir
dan ruang antar bintang mulai tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar
ini terbentuk dari dua gaya tekan yang terpisah: angin surya dan gravitasi
Matahari. Batasan terjauh pengaruh angin surya kira kira berjarak empat kali
jarak Pluto dan Matahari. Heliopause ini disebut sebagai titik permulaan medium
antar bintang. Akan tetapi Bola Roche Matahari, jarak efektif pengaruh
gravitasi Matahari, diperkirakan mencakup sekitar seribu kali lebih jauh.
Ø
Heliopause
Heliopause dibagi menjadi dua
bagian terpisah. Awan angin yang bergerak pada kecepatan 400 km/detik
sampai menabrak plasma dari medium ruang antarbintang. Tabrakan ini terjadi
pada benturan terminasi yang kira kira terletak di 80-100 SA dari Matahari pada
daerah lawan angin dan sekitar 200 SA dari Matahari pada daerah searah jurusan
angin. Kemudian angin melambat dramatis, memampat dan berubah menjadi kencang,
membentuk struktur oval yang dikenal sebagai heliosheath, dengan kelakuan mirip
seperti ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA di bagian arah lawan angin dan
berkali-kali lipat lebih jauh pada sebelah lainnya. Voyager 1 dan Voyager 2
dilaporkan telah menembus benturan terminasi ini dan memasuki heliosheath, pada
jarak 94 dan 84 SA dari Matahari. Batasan luar dari heliosfer, heliopause,
adalah titik tempat angin surya berhenti dan ruang antar bintang bermula.
Bentuk dari ujung luar heliosfer
kemungkinan dipengaruhi dari dinamika fluida dari interaksi medium antar
bintang dan juga medan magnet Matahari yang mengarah di sebelah selatan
(sehingga memberi bentuk tumpul pada hemisfer utara dengan jarak 9 SA, dan
lebih jauh daripada hemisfer selatan. Selebih dari heliopause, pada jarak
sekitar 230 SA, terdapat benturan busur, jaluran ombak plasma yang ditinggalkan
Matahari seiring edarannya berkeliling di Bima Sakti.
Sejauh ini belum ada kapal luar
angkasa yang melewati heliopause, sehingga tidaklah mungkin mengetahui kondisi
ruang antar bintang lokal dengan pasti. Diharapkan satelit NASA voyager akan
menembus heliopause pada sekitar dekade yang akan datang dan mengirim kembali
data tingkat radiasi dan angin surya. Dalam pada itu, sebuah tim yang dibiayai
NASA telah mengembangkan konsep "Vision Mission" yang akan khusus
mengirimkan satelit penjajak ke heliosfer.
Ø
Awan Oort
Secara hipotesa, Awan Oort adalah
sebuah massa berukuran raksasa yang terdiri dari bertrilyun-trilyun objek es,
dipercaya merupakan sumber komet berperioda panjang. Awan ini menyelubungi
matahari pada jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1 tahun cahaya) sampai sejauh
100.000 SA (1,87 tahun cahaya). Daerah ini dipercaya mengandung komet yang
terlempar dari bagian dalam Tata Surya karena interaksi dengan planet-planet
bagian luar. Objek Awan Oort bergerak sangat lambat dan bisa digoncangkan oleh
situasi-situasi langka seperti tabrakan, effek gravitasi dari laluan bintang,
atau gaya pasang galaksi, gaya pasang yang didorong Bima Sakti.
Ø
Sedna
Sedna (rata-rata 525,86 SA)
adalah sebuah benda kemerahan mirip Pluto dengan orbit raksasa yang sangat
eliptis, sekitar 76 SA pada perihelion dan 928 SA pada aphelion dan berjangka
orbit 12.050 tahun. Mike Brown, penemu objek ini pada tahun 2003, menegaskan
bahwa Sedna tidak merupakan bagian dari piringan tersebar ataupun sabuk Kuiper
karena perihelionnya terlalu jauh dari pengaruh migrasi Neptunus. Dia dan
beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa Sedna adalah objek pertama dari
sebuah kelompok baru, yang mungkin juga mencakup 2000 CR105. Sebuah benda
bertitik perihelion pada 45 SA, aphelion pada 415 SA, dan berjangka orbit 3.420
tahun. Brown menjuluki kelompok ini "Awan Oort bagian dalam", karena
mungkin terbentuk melalui proses yang mirip, meski jauh lebih dekat ke
Matahari. Kemungkinan besar Sedna adalah sebuah planet kerdil, meski bentuk
kebulatannya masih harus ditentukan dengan pasti.
Konteks galaksi
Tata Surya terletak di galaksi
Bima Sakti, sebuah galaksi spiral yang berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya
dan memiliki sekitar 200 miliar bintang.[66] Matahari berlokasi di salah satu
lengan spiral galaksi yang disebut Lengan Orion. Letak Matahari berjarak antara
25.000 dan 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi, dengan kecepatan orbit
mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200 kilometer per detik.
Setiap revolusinya berjangka
225-250 juta tahun. Waktu revolusi ini dikenal sebagai tahun galaksi Tata
Surya.[68] Apex Matahari, arah jalur Matahari di ruang semesta, dekat letaknya
dengan rasi bintang Herkules terarah pada posisi akhir bintang Vega.
Lokasi Tata Surya di dalam
galaksi berperan penting dalam evolusi kehidupan di Bumi. Bentuk orbit bumi
adalah mirip lingkaran dengan kecepatan hampir sama dengan lengan spiral
galaksi, karenanya bumi sangat jarang menerobos jalur lengan. Lengan spiral galaksi
memiliki konsentrasi supernova tinggi yang berpotensi bahaya sangat besar
terhadap kehidupan di Bumi. Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas yang
panjang yang memungkinkan evolusi kehidupan.
Tata Surya terletak jauh dari
daerah padat bintang di pusat galaksi. Di daerah pusat, tarikan gravitasi
bintang-bintang yang berdekatan bisa menggoyang benda-benda di Awan Oort dan
menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini bisa menghasilkan
potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi.
Intensitas radiasi dari pusat
galaksi juga memengaruhi perkembangan bentuk hidup tingkat tinggi. Walaupun
demikian, para ilmuwan berhipotesa bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini
supernova telah memengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 tahun terakhir dengan
melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke arah Matahari dalam bentuk debu
radiasi atau bahan yang lebih besar lainnya, seperti berbagai benda mirip
komet.
Daerah Lingkungan
Sekitar
Lingkungan galaksi terdekat dari
Tata Surya adalah sesuatu yang dinamai Awan Antarbintang Lokal (Local
Interstellar Cloud, atau Local Fluff), yaitu wilayah berawan tebal yang dikenal
dengan nama Gelembung Lokal (Local Bubble), yang terletak di tengah-tengah
wilayah yang jarang. Gelembung Lokal ini berbentuk rongga mirip jam pasir yang
terdapat pada medium antarbintang, dan berukuran sekitar 300 tahun cahaya.
Gelembung ini penuh ditebari plasma bersuhu tinggi yang mungkin berasal dari
beberapa supernova yang belum lama terjadi.
Di dalam jarak sepuluh tahun
cahaya (95 triliun km) dari Matahari, jumlah bintang relatif sedikit. Bintang
yang terdekat adalah sistem kembar tiga Alpha Centauri, yang berjarak 4,4 tahun
cahaya. Alpha Centauri A dan B merupakan bintang ganda mirip dengan Matahari,
sedangkan Centauri C adalah kerdil merah (disebut juga Proxima Centauri) yang
mengedari kembaran ganda pertama pada jarak 0,2 tahun cahaya.
Bintang-bintang terdekat
berikutnya adalah sebuah kerdil merah yang dinamai Bintang Barnard (5,9 tahun
cahaya), Wolf 359 (7,8 tahun cahaya) dan Lalande 21185 (8,3 tahun cahaya).
Bintang terbesar dalam jarak sepuluh tahun cahaya adalah Sirius, sebuah bintang
cemerlang dikategori 'urutan utama' kira-kira bermassa dua kali massa Matahari,
dan dikelilingi oleh sebuah kerdil putih bernama Sirius B. Keduanya berjarak
8,6 tahun cahaya. Sisa sistem selebihnya yang terletak di dalam jarak 10 tahun
cahaya adalah sistem bintang ganda kerdil merah Luyten 726-8 (8,7 tahun cahaya)
dan sebuah kerdial merah bernama Ross 154 (9,7 tahun cahaya).
Bintang tunggal terdekat yang
mirip Matahari adalah Tau Ceti, yang terletak 11,9 tahun cahaya. Bintang ini
kira-kira berukuran 80% berat Matahari, tetapi kecemerlangannya (luminositas)
hanya 60%. Planet luar Tata Surya terdekat dari Matahari, yang diketahui sejauh
ini adalah di bintang Epsilon Eridani, sebuah bintang yang sedikit lebih pudar
dan lebih merah dibandingkan mathari. Letaknya sekitar 10,5 tahun cahaya.
Planet bintang ini yang sudah dipastikan, bernama Epsilon Eridani b, kurang lebih
berukuran 1,5 kali massa Yupiter dan mengelilingi induk bintangnya dengan jarak
6,9 tahun cahaya.